Urea Komponen Penting Dalam Pembuatan Nata De Coco

Produk Nata De Coco Memang Harus Menggunakan ZA/Urea

Agroindustri.org -  Produk Nata de coco yang berbahan dasar air kelapa merupakan salah satu sumber serat yang baik bagi tubuh. Makanan olahan modern ini pertama kali ditemukan di Fillipina dan banyak dikembangkan juga di Indonesia seiring jumlah konsumen Nata de coco yang mulai menjamur di Indonesia. baca : Agrindo Suprafood Produsen Nata de Coco Dari Bantul

Hoax Bahaya Urea Pada Produk Nata



Apa saja sih bahan-bahan pembuat Nata de coco itu?. Beberapa waktu yang lalu di kawasan Godean, Sleman, Yogyakarta. terdapat salah satu pabrik pengolah nata de coco yang kedapatan menggunakan bahan ZA atau Urea yang biasa digunakan untuk pupuk sawah dalam proses pembuatannya. Penambahan pupuk Urea menjadi salah satu masalah yang paling disorot dalam kasus pabrik nata di Godean ini. Benarkah penambahan ZA di nata de coco itu berbahaya? Jawabannya Tidak, selagi ZA yang digunakan diproduksi untuk bahan makanan dan sesuai dengan ambang batas maksimum

Proses pembuatan nata de coco merupakan salah satu pengolahan bahan makanan yang melibatkan bakteri dalam proses pembuatannya, bakteri yang digunakan adalah Acetobacter xylinum. Tentu saja nata de coco adalah produk makanan yang pastinya menyehatkan karena kaya akan fiber atau serat sehingga membantu proses pencernaan. Jangan sampai dengan adanya berita di atas maka masyarakat menurun minatnya untuk makan nata de coco. Terlebih usaha produksi nata de coco ini juga dapat menciptakan banyak kewirausahaan baru.

Proses pembuatan nata de coco ini secara umum adalah sebagai berikut.


Bahan yang digunakan adalah air kelapa, starter nata, gula, urea, air bersih dan asam asetat (asam cuka).  Pada prinsipnya bakteri Acetobacter xylinum yang ditambahkan pada larutan air kelapa, cuka, dan gula memerlukan makanan atau nutrien untuk pertumbuhannya, sama seperti manusia yang memerlukan makanan untuk hidup dan berkembang, yakni meliputi unsur karbon dan nitrogen. Unsur karbon dapat dipenuhi dari bahan gula. Unsur nitrogen diperoleh dari urea. Jadi urea ditambahkan sebagai salah satu pemasok nutrien guna pertumbuhan dan perkembangbiakan nata. Dengan catatan ambang batas dibawah 0.5% bahan seluruhnya.

ZA untuk pemenuhan kebutuhan nitrogen mungkin bisa diganti dari sumber lain, seperti protein. Akan tetapi harganya jauh lebih mahal dari ZA. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dari penggunaan air rebusan kecambah kacang hijau atau limbah proses pembuatan tahu. Selain itu ditambahkan juga asam cuka untuk memberi suasana asam yang merupakan kondisi agar bakteri penghasil nata de coco bisa hidup dan berkembang. Jika tidak ditambahkan asam asetat, maka pH larutan masih bersifat mendekati netral yang akan menyebabkan pertumbuhan bakteri akan sangat lambat, konsekuensinya produksi nata de coco akan lambat juga, bahkan mungkin akan gagal atau nata de coco tidak jadi. 

Proses pembuatan nata de coco sendiri cukup mudah mulai dari penyiapan air kelapa dengan jalan disaring. Hasilnya ini kemudian ditambahkan gula pasir dan urea (dengan takaran sesuai standar) dan diaduk hingga larut. Larutan kemudian direbus dipanaskan dan dibiarkan pada kondisi mendidih selama 15-30 menit untuk tujuan sterilisasi media. Busa dan kotoran yang timbul selama pendidihan dibersihkan. Kemudian dalam larutan media yang sudah dipanaskan ini ditambahkan asam asetat glasial (asam cuka) dengan perbandingan 10 mL per liter medium air kelapa, diaduk hingga merata lalu diangkat dari tungku atau kompor dan dibiarkan dingin dalam kondisi tertutup. Setelah dingin, baru ditambahkan starter nata. Selanjutnya cairan media fermentasi ini dituang ke dalam wadah/baki. Kemudian baki tersebut ditutup dengan kertas koran yang bersih, lalu diikat dengan tali karet atau rafia. Proses inkubasi dilakukan kira-kira selama 2 minggu. Baki dibiarkan pada ruang kamar dan jangan sampai terkena panas matahari secara langsung. Produk nata yang dapat dipanen setelah mencapai ketebalan 1-2 cm.

Setelah dipanen lembaran nata de coco yang ada di permukaan diambil dan dilakukan pencucian berulang kali dengan air mengalir sampai nata tidak berbau asam.  Proses pencucian seperti ini menjamin produk nata bersih dan tidak membawa campuran media pertumbuhannya. Pada proses panen setelah 2 minggu ini yang anda perlu tahu adalah urea atau ZA yang ditambahkan ke dalam larutan nata sudah habis dimakan bakteri yang menghasilkan nata. Urea membantu bakteri berkembang biak sehingga menghasilkan lembaran nata yang bisa mencapai ketebalan 1-2 cm.


Penggunaan urea pada media tumbuh bakteri nata dari sisi keamanan pangan pada dasarnya tidak masalah. Dosis urea yang digunakan pun relatif sangat kecil, tidak lebih dari 0,5% dari jumlah keseluruhan medium. Jauh lebih banyak dosis asam cuka yang digunakan. Perlu Anda ingat bahwa yang nantinya dikonsumsi sebagai nata de coco merupakan produk dari metabolisme pertumbuhan bakteri, bukan media pertumbuhan natanya. Juga dalam proses akhirnya, nata itu dicuci terlebih dahulu sampai bersih dari media pertumbuhan. Ciri nata yang sudah bersih dan aman dikonsumsi adalah sudah tidak asam lagi.
Memang sudah seharusnya ZA yang digunakan untuk produksi nata de coco didapatkan di toko bahan kimia maupun foodgrade, dikhawatirkan jika menggunakan pupuk urea tidak memenuhi standar pangan karena lebih dikhususkan untuk pupuk bukan makanan. Meskipun dalam pembuatan nata menggunakan urea, namun produk nata de coco dipastikan aman untuk dikonsumsi asalkan dosis sesuai takaran.
Ada analogi sederhana dalam kasus nata de coco dan ZA/urea ini. Beras yang kita makan sehari-hari, Beras ini diperoleh dari tanaman padi yang tumbuh subur setelah diberi pupuk urea oleh petani. Kita bukan makan tanaman padi ataupun air lumpur yang menggenangi sawah itu. Jadi kita merasa yakin beras kita aman dari urea?. Demikian pula pada kasus nata ini, kita makan produk natanya bukan makan air media pertumbuhan bakterinya.

Follow Twitter @N_besar



Urea Komponen Penting Dalam Pembuatan Nata De Coco | Andy N | 5

0 komentar:

Posting Komentar